Laman

Kamis, 09 Mei 2013

Logo Reog Bangkit Budoyo SDN Mrawan 05


Reog Bangkit Budoyo adalah reog mini yang dimainkan oleh
siswa - siswi SDN Mrawan 05 Kecamatan Mayang Kabupaten Jember - Jawa Timur.
Adapun Susunan Pengelolaan Reog Bangkit Budoyo adalah sebagai berikut :

1. Eko Winoto, SPd (Pimpinan dan Pelindung )
2. Edy Suprayitno,SPd ( pelatih & Team creative )
3. Zaenul Hadi SAg  (Supervisor & Editing )
4. Moh.Fauzi,SPd (Desain & Custome )
5. Eris Eka S,SPd  (Marketing Program )
 6. Pardi Handoko  ( Perlengkapan )
 7. Lucia,SPd ( Make up & Property )
 8. Tri Titik ( Make up & Property )
 9. Joko Suyanto  ( Promoser )
 10. Titin Yuniwati,SPd ( Make up & Property )
                                                                                  

Dari hasil Musyawarah akhirnya terbentuklah Logo Reog Bangkit  Budoyo SDN Mrawan 05 yang mempunyai arti gagah  berani dan menjunjung tinggi  nilai luhur budaya bangsa.
Semoga dengan terciptanya Logo Reog Bangkit Budoyo ini kesenian Reog Tidak lagi diakui oleh negara manapun dan budaya bangsa Indonesia tetap lestari........amiiin

sekedar mengingatkan untuk anak bangsa ini, marilah simah sedikit Filsafat Reog Ponorogo

Nama asli dari kesenian ini adalah REYOG. Huruf-huruf reyog mewakili sebuah huruf depan kata-kata dalam tembang macapat Pocung yang berbunyi: (R) rasa kidung (E) engkang sukmo adi luhung (Y) Yang Widhi, Yang Agung, (O) olah kridaning Gusti (G) gelar gulung kersaneng Kang Moho Agung. Menurut bupati pertama ponorogo, kata reog berasal dari kata Riyokkun yang maknanya berarti khusnul khotimah.

Sejarah Asal Muasal
Sejarah keberadaan Reog sebagai seni mulai muncul ketika pada thn 1400-an ketika itu Dadak Merak dimaksudkan untuk menyindir Raja Brawijaya V, yang lebih terpengaruh oleh permaisurinya. Bentuk Reog pun sebenarnya merupakan sebuah sindiran dari Demang Ki Ageng Kutu Suryongalam terhadap Majapahit, Prabu Brawijaya V yang bergelar Bhree Kertabumi yang belum melaksanakan tugas – tugas kerajaan secara tertib, adil dan memadai. Sebab kekuasaan raja dikuasai atau dipengaruhi bahkan dikendalikan oleh pemaisurinya. Digambarkan pada Dadak Merak (Singo Barong), bahwa Kepala Macan/Singo barong simbolisasi laki-laki diatasnya adalah  
Burung Merak sebagai simbolisasi wanita, Artinya Lelaki yang dibawah wanita. Konon waktu itu para penari reog sebenarnya adalah sekumpulan pendekar-pendekar (bekas pasukan khusus Majapahit) yang kecewa terhadap junjungannya yang berniat memberontak. Akhirnya diredam oleh para petinggi kerajaan yang sangat berpengaruh dengan dialihkan menjadi suatu bentuk perkumpulan kesenian.
  • Dadak merak : melambangkan kekuasaan / kecantikan.
  • Barong : melambangkan kekuatan atau lelaki perkasa. Legenda menyebutkan bahwa barong yang dihiasi merak menandakan bahwa Raja Brawijaya V tak berkutik dibawah dewi campa (permaisuri) .
  • Warok dengan berpakaian hitam dengan muka merah: Menggambarkan tokoh yang beringas dan penuh dengan ilmu hitam. Namun legenda lain menceritakan sosok warok adalah pasukan yang bersandar pada kebenaran dalam pertarungan antara yang baik dan jahat dalam cerita kesenian reog. Orang sakti dan memiliki kearifan yang tinggi, serta menjadi tokoh sentral atau “orang tua” didaerahnya masing-masing yang disegani.
  • Gemblak / penari jatilan : Gemblak / jatilan adalah lelaki kesayangan dari warok. Memelihara gemblak adalah tradisi, seolah menjadi kewajiban setiap warok untuk memelihara gemblak agar bisa mempertahankan kesaktiannya.
Legenda lain yang menyebutkan bahwa jatilan ( pasukan berkuda ) yang bersifat fiminim mengilustrasikan bahwa prajurit majapahit bak perempuan yang tidak bernyali untuk menggempur demak bintoro.
Jadi Reog merupakan “sindiran” kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.

Urutan Tarian
Alur cerita pementasan Reog yaitu warok, kemudian jatilan, Bujangganong, Kelana Sewandana, terakhir barongan atau dadak merak.

Alur Cerita
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan ‘kerasukan’ saat mementaskan tariannya.

1 komentar: